RUMPI 3 - Alhafan
Membangun
Masa Depan Indonesia Emas: Kesetaraan Akses Pendidikan dan Peningkatan Kualitas
Guru
PENDAHULUAN
Deputi
Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama di
Kemenko PMK, Warsito, menyatakan bahwa keterlibatan dan pengembangan dalam
pendidikan adalah elemen penting untuk membangun Indonesia yang berdaulat, maju
dan berkelanjutan, yang mana hal ini sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045 (Firmansyah, 2023).
Salah
satu tujuan dalam visi Indonesia Emas 2045 adalah memperkuat daya saing sumber
daya manusia (Firlana & Maarif, 2023).
Dalam konteks sumber daya manusia, pendidikan merupakan aspek penting yang
mempengaruhi kualitasnya. Pendidikan dianggap sebagai investasi penting untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif.
Kualitas
pendidikan di Indonesia masih memerlukan perhatian lebih. Pada tahun 2022,
rata-rata lama sekolah di Indonesia adalah 9,08 tahun, yang setara dengan lulus
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Angka ini tergolong rendah, terutama jika
dibandingkan dengan target rata-rata lama sekolah Indonesia pada tahun 2045
yang mencapai 12 tahun atau setara dengan lulus Sekolah Menengah Atas (SMA).
Ini berarti bahwa rata-rata lama sekolah harus meningkat sebesar 3 tahun dalam
jangka waktu 20 tahun (Firlana & Maarif, 2023).
Menurut
Hamid Abidin, seorang peneliti dari lembaga riset pendidikan Asa Dewantara,
tujuan pemerintah Indonesia untuk tahun 2045 tidak sejalan dengan upaya
menciptakan manusia unggul dan tidak berkontribusi dalam pencapaian tujuan
tersebut. Berdasarkan data, Indonesia menetapkan target 12 tahun pada 2045,
sementara negara-negara lain sudah mencapai target tersebut pada 2021. Terdapat
kesenjangan 25 tahun antara target yang ditetapkan Indonesia dengan kondisi
negara-negara lain saat ini (Zulfikar, 2023).
Proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi tonggak sejarah yang menunjukkan besarnya peluang
terwujudnya Indonesia emas pada tahun 2045 bagi seluruh rakyat Indonesia. Harapan
dan impian ini sangat bergantung pada peran generasi muda. Mengingat bahwa
generasi muda saat ini diperkirakan akan menjadi pemimpin masa depan (Bafadal, 2013).
Generasi
Emas adalah generasi masa depan yang berperan penting sebagai sumber daya
manusia (SDM) yang memerlukan perhatian serius dalam era globalisasi saat ini.
Generasi emas memiliki peran yang sangat strategis dalam mencapai keberhasilan
pembangunan nasional. Kualitas generasi emas menjadi modal utama bagi daya
saing bangsa, terutama dalam era masyarakat berbasis pengetahuan. Peningkatan kualitas
generasi emas hanya bisa dicapai melalui pendidikan yang berkualitas.
PEMBAHASAN
Memastikan
akses pendidikan yang merata di seluruh wilayah Indonesia adalah penting agar
setiap anak memiliki peluang yang setara untuk mendapatkan pendidikan berkualitas
(Anwar, 2022). Tantangan geografis dan ekonomi sering kali menjadi hambatan utama,
terutama di daerah terpencil dan kepulauan. Terdapat kesenjangan yang
signifikan dalam akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan serta
antarprovinsi, yang dipengaruhi oleh infrastruktur, kualitas pengajaran, dan
kondisi ekonomi keluarga (Sira & Sihombing, 2022). Misalnya, akses pendidikan di provinsi Papua jauh lebih rendah
dibandingkan dengan Jawa Barat, yang terlihat dari perbedaan rasio angka
partisipasi sekolah dan kualitas fasilitas pendidikan.
Pemerintah dapat memprioritaskan pembangunan sekolah dan fasilitas
pendidikan di daerah yang kurang terlayani serta memastikan bahwa distribusi
guru dan tenaga pendidik dilakukan secara merata, khususnya di daerah yang
paling membutuhkan. Peningkatan akses terhadap teknologi informasi dan internet
di daerah terpencil dapat membantu mengatasi isolasi geografis dengan
menyediakan sumber pembelajaran digital yang dapat diakses oleh anak-anak di
wilayah tersebut (Wahyudi, 2023). Kebijakan seperti subsidi pendidikan dan program beasiswa juga perlu
diperluas untuk menjangkau lebih banyak anak dari keluarga kurang mampu,
sehingga faktor ekonomi tidak menjadi hambatan untuk mendapatkan pendidikan
yang layak.
Meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan dan pengembangan profesional
adalah kunci utama untuk memperbaiki mutu pendidikan (Dacholfany et al., 2023). Pelatihan yang berkelanjutan sangat penting karena teknologi dan metode
pengajaran terus berkembang. Pelatihan ini tidak hanya mengasah keterampilan
mengajar, tetapi juga memperdalam pengetahuan guru tentang materi pelajaran
yang relevan serta metode pedagogi terbaru (Makbul et al., 2023). Guru yang secara rutin mengikuti pelatihan profesional cenderung lebih efektif
dalam mengajar dan lebih mampu mengadaptasi metode pengajaran yang inovatif dan
inklusif, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan prestasi belajar
siswa.
Selain peningkatan kualitas, aksesibilitas guru, terutama di daerah
terpencil atau kurang berkembang hal ini juga merupakan isu penting. Distribusi
guru yang tidak merata dan kurangnya infrastruktur pendidikan yang memadai
sering menjadi masalah utama (Mastuti et al., 2022). Program seperti perekrutan guru lokal dan insentif untuk mengajar di
daerah terpencil dapat membantu mengatasi masalah ini. Hal ini tidak hanya
membantu menyediakan akses pendidikan yang lebih luas, tetapi juga menciptakan
lapangan kerja dan mengembangkan ekonomi lokal. Investasi dalam teknologi
pendidikan, seperti pembelajaran jarak jauh dan penggunaan platform digital,
juga sangat penting untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan di daerah yang
sulit dijangkau (Haniko et al., 2023).
Mengingat pentingnya kedua aspek ini, kebijakan pendidikan harus dirancang
untuk mendukung peningkatan kualitas dan aksesibilitas guru. Ini mencakup
alokasi anggaran yang memadai, kebijakan insentif bagi guru berprestasi atau
yang bersedia mengajar di daerah terpencil, serta investasi dalam teknologi
pendidikan. Dengan demikian, pemerintah dan pihak terkait dapat bekerja sama
untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan efektif yang mampu
menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sekaligus meningkatkan standar
pendidikan secara nasional.
Teknologi telah menjadi alat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan
melalui berbagai platform dan aplikasi e-learning yang memberikan
akses mudah ke sumber belajar yang luas dan mendalam. Penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan memungkinkan metode pengajaran
yang lebih fleksibel dan personalisasi, menyesuaikan dengan kebutuhan dan
kecepatan belajar masing-masing siswa. Integrasi teknologi di dalam kelas
sering kali dikaitkan dengan peningkatan motivasi dan partisipasi siswa, yang
secara langsung berkontribusi pada peningkatan hasil belajar.
Selain itu, teknologi memungkinkan guru untuk membuat materi pembelajaran
yang lebih interaktif dan menarik, seperti video, simulasi, dan permainan
edukatif, yang dapat membantu pemahaman siswa terhadap konsep yang kompleks (Aisa & Lisvita, 2020). Aplikasi seperti Google Classroom dan Edmodo memfasilitasi komunikasi dan
kolaborasi antara guru dan siswa serta antar siswa, menjadikan proses
pembelajaran lebih dinamis dan kolaboratif (Maskanah & Sae, 2021). Penggunaan teknologi yang terintegrasi dalam kurikulum memperkaya
pengalaman belajar siswa dan membantu mereka mengembangkan keterampilan abad
ke-21 seperti pemecahan masalah, pemikiran kritis, dan kerja sama tim (Effendi & Wahidy, 2019).
Namun, masih ada tantangan terutama terkait dengan aksesibilitas dan
pemerataan penggunaan teknologi di seluruh lapisan pendidikan. Kesenjangan
infrastruktur teknologi antar wilayah dan kesiapan digital dari guru dan siswa
menjadi hambatan yang signifikan (Kamsina, 2020). Oleh karena itu, penting bagi kebijakan pendidikan untuk memprioritaskan
investasi dalam infrastruktur TIK dan pelatihan guru dalam teknologi
pendidikan. Dengan demikian, integrasi teknologi dalam pendidikan tidak hanya
meningkatkan kualitas pembelajaran tetapi juga memastikan bahwa manfaat
teknologi dapat dirasakan oleh semua siswa di berbagai daerah.
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sangat penting untuk
meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka. Pendekatan yang menempatkan
siswa sebagai pusat, seperti pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) dan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning),
memberi siswa kesempatan untuk lebih mengendalikan proses belajar mereka (Mujiburrahman et al., 2023). Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat bekerja pada
tugas-tugas nyata yang relevan dengan kehidupan mereka, sehingga mereka bisa
melihat secara langsung penerapan praktis dari pengetahuan yang mereka dapatkan
(Mariadi et al., 2022). Hal ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan, tetapi juga mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
Sementara itu, pembelajaran kooperatif mendorong kolaborasi dan interaksi antar siswa, yang dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berkomunikasi mereka (Hasanah & Himami, 2021). Dalam model ini, siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan belajar bersama, yang mengajarkan mereka pentingnya kerja tim dan tanggung jawab kolektif. Metode ini juga dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka belajar dalam lingkungan yang mendukung dan kolaboratif (Yulia et al., 2020). Dengan memberikan peran aktif kepada siswa dalam proses belajar, kedua pendekatan ini dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan, menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dan pengalaman pendidikan yang lebih memuaskan.
KESIMPULAN
Pemerataan akses pendidikan yang berkualitas di
seluruh Indonesia adalah tantangan besar yang harus diatasi untuk menjamin
kesetaraan peluang bagi semua anak. Daerah terpencil dan pedesaan sering kali
menghadapi kesulitan yang signifikan akibat keterbatasan infrastruktur,
kualitas pengajaran, dan kondisi ekonomi yang kurang mendukung. Pembangunan
sekolah dan fasilitas pendidikan yang merata serta distribusi guru yang lebih
adil merupakan langkah penting yang harus diambil oleh pemerintah. Selain itu,
peningkatan akses terhadap teknologi informasi dan internet di daerah terpencil
dapat membantu mengatasi isolasi geografis, memungkinkan anak-anak di wilayah
tersebut untuk mengakses sumber pembelajaran digital.
Meningkatkan kualitas pendidikan juga sangat
bergantung pada pengembangan profesional guru dan pemanfaatan teknologi dalam
proses pembelajaran. Pelatihan berkelanjutan bagi guru sangat penting untuk
mengikuti perkembangan metode pengajaran dan teknologi. Integrasi teknologi
pendidikan, seperti e-learning dan platform digital, dapat meningkatkan
motivasi dan partisipasi siswa serta membantu mereka mengembangkan keterampilan
abad ke-21. Kebijakan pendidikan harus dirancang untuk mendukung peningkatan
kualitas dan aksesibilitas ini melalui alokasi anggaran yang memadai, kebijakan
insentif bagi guru, serta investasi dalam infrastruktur teknologi. Dengan
pendekatan yang menyeluruh dan kolaboratif, sistem pendidikan Indonesia dapat
menjadi lebih inklusif dan efektif, memberikan manfaat kepada semua siswa di
berbagai daerah.
REFERENSI
Aisa,
A., & Lisvita, L. (2020). Penggunaan Teknologi Informasi dalam
Pembelajaran Online Masa Covid-19. JoEMS (Journal of Education and Management),
3(4), 47–50. http://ojs.unwaha.ac.id/index.php/joems/article/view/308
Anwar, M. S. (2022). Ketimpangan aksesibilitas
pendidikan dalam perpsektif pendidikan multikultural. Foundasia, 13(1),
1–15. https://doi.org/10.21831/foundasia.v13i1.47444
Bafadal, I. (2013). Pendidikan Berkualitas untuk
Generasi Emas. Kompas.Com.
http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/18/1053115/Pendidikan.Berkualitas.untuk.Generasi.Emas.
Diakses pada Minggu, 19 Mei 2024, pukul 00:51 WIB.
Effendi, D., & Wahidy, D. A. (2019). Pemanfaatan
Teknologi Dalam Proses Pembelajaran Menuju Pembelajaran Abad 21. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang,
125–129.
Firlana, A. M., & Maarif, B. (2023). Meninjau
Kualitas Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045.
Https://Money.Kompas.Com/Read/2023/10/31/111125126/Meninjau-Kualitas-Pendidikan-Menuju-Indonesia-Emas-2045?Page=all.
Diakses pada Sabtu, 18 Mei 2024, pukul 23:34 WIB.
Firmansyah, A. (2023). Partisipasi pendidikan jadi
bagian ciptakan Indonesia Emas 2045.
Https://Www.Antaranews.Com/Berita/3805134/Partisipasi-Pendidikan-Jadi-Bagian-Ciptakan-Indonesia-Emas-2045.
Diakses pada Sabtu, 18 Mei 2024, pukul 23:40 WIB.
Haniko, P., Mayliza, R., Lubis, S., Sappaile, B. I.,
& Hanim, S. A. (2023). Pemanfaatan Media Pembelajaran Online Untuk
Memudahkan Guru Dalam Penyampaian Materi Dalam Pembelajaran. Community
Development Journal, 4(2), 2862–2868.
Hasanah, Z., & Himami, A. S. (2021). Model
Pembelajaran Kooperatif Dalam Menumbuhkan Keaktifan Belajar Siswa. Irsyaduna:
Jurnal Studi Kemahasiswaaan, 1(1), 1–13.
https://doi.org/10.54437/irsyaduna.v1i1.236
Dacholfany et al., (2023). Program Pelatihan Guru
Lintas Provinsi Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Community
Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 4513-4524.
Kamsina, K. (2020). Integrasi Teknologi Dalam
Pembelajaran Implementasi Pembelajaran Ilmu Teknologi Dan Masyarakat.
Edueksos : Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 9(2), 67–79.
https://doi.org/10.24235/edueksos.v9i2.7103
Makbul, M., Nanda, R. A., Puturahman, D., & ...
(2023). Workshop Peningkatan Kemampuan Literasi Digital untuk Meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Digital
di …. Jurnal Pengabdian …, 4(4), 4171–4183. http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jpkm/article/view/1992%0Ahttp://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jpkm/article/download/1992/1389
Mariadi, Surawan, & Monalisa. (2022). Analisis
Pemberdayaan Potensi Siswa Melalui Model Self Directed Learning Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 8(2),
253–267. https://doi.org/10.37286/ojs.v8i2.162
Maskanah, I., & Sae, H. L. (2021). Efektivitas
Penggunaan Teknologi Dalam Pembelajaran. Jurnal Jendela Pendidikan, 01(04),
279–285.
Mastuti, A. G., Abdillah, A., & Rumodar, M. (2022). Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Guru Melalui Workshop Dan Pendampingan Pembelajaran
Berdiferensiasi. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 6(5), 1–9.
https://doi.org/10.31764/jmm.v6i5.9682
MUJIBURRAHMAN, M., SUHARDI, M., & HADIJAH, S. N. (2023). Implementasi Model Pembelajaran Project Base Learnig Di Era Kurikulum Merdeka. COMMUNITY : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 91–99. https://doi.org/10.51878/community.v2i2.1900
Sira, R., & Sihombing, T. (2022). Pemerataan Pendidikan :
Studi Kasus 34 Provinsi di Indonesia. 1(2), 143–151.
Wahyudi Sofyan, S.Kom., M. . R. (2023). PEMANFAATAN
TEKNOLOGI INFORMASI DI BERBAGAI SEKTOR PADA MASA SOCIETY 5.0. PT. Sonpedia
Publishing Indonesia. (Issue January).
Yulia, A., Juwandani, E., & Mauliddya, D. (2020). Model
Pembelajaran Kooperatif Learning. In Seminar Nasional Ilmu Pendidikan Dan
Multi Disiplin, 3, 223–227.
Zulfikar, F. (2023). Target Pendidikan Indonesia Emas
2045. Https://Www.Detik.Com/Edu/Edutainment/d-6988709/Target-Pendidikan-Indonesia-Emas-2045-Pemerintah-Bisa-Apa. Diakses
pada Sabtu, 18 Mei 2024, pukul 23:51 WIB.
Komentar
Posting Komentar